Sistem Transaksi
Elektronik
1.1 E-COMMERCE
1.1.1 Sejarah E-Commerce
Istilah "perdagangan elektronik" telah berubah
sejalan dengan waktu. Awalnya, perdagangan elektronik berarti pemanfaatan
transaksi komersial, seperti penggunaan EDI untuk mengirim dokumen komersial
seperti pesanan pembelian atau invoice secara elektronik.
Kemudian berkembang menjadi suatu aktivitas yang mempunya
istilah yang lebih tepat "perdagangan web" — pembelian barang dan
jasa melalui World Wide Web melalui server aman (HTTPS), protokol server khusus
yang menggunakan enkripsi untuk merahasiakan data penting pelanggan.
Pada awalnya ketika web mulai terkenal di masyarakat pada
1994, banyak jurnalis memperkirakan bahwa e-commerce akan menjadi sebuah sektor
ekonomi baru. Namun, baru sekitar empat tahun kemudian protokol aman seperti
HTTPS memasuki tahap matang dan banyak digunakan. Antara 1998 dan 2000 banyak
bisnis di AS dan Eropa mengembangkan situs web perdagangan ini.
1.1.2 Definisi E-commerce
E-commerce adalah satu set dinamis
teknologi , aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan , konsumen
dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang ,
pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik.
Contoh :
Amazon.com à website yang menjual berbagai
kebutuhan rumah tangga sampai hiburan.
Dell.com à website milik dell untuk
memasarkan barang-barang produksinya.
1.1.3
Istilah-istilah dalam E-Commerce
1.
Digital atau electronic cash: juga dikenal sebagai e-cash, istilah ini
ditujukan untuk beberapa pola / metoda yang memungkinkan seseorang untuk
membeli barang atau jasa dengan cara mengirimkan nomor dari satu komputer ke
komputer yang lain. Nomor tersebut, seperti yang terdapat di mata uang, di
isukan oleh sebuah bank dan merepresentasikan sejumlah uang betulan. Salah satu
kelebihan yang dibawa oleh digital cash adalah sifatnya yang anonymous dan
dapat di pakai ulang, seperti uang cash biasa. Hal ini merupakan perbedaan
utama antara e-cash dengan transaksi kartu kredit melalui Internet. Untuk informasi
lebih lanjut dapat dilihat di PC Webopaedia
2.
Digital money: adalah terminologi global untuk berbagai e-cash dan mekanisme
pembayaran elektronik di Internet. Yahoo
ransaction_Clearing/Digital_Money/Companies/Financial_Services/Transaction
Clearing/Digital_Money/ mencatat paling tidak ada 21 perusahaan yang memberikan
jasa digital money di Internet.
3.
Disintermediation: adalah proses untuk memotong jalur perantara. Kira-kira pada
saat perusahaan yang berbasiskan web membypass kanal retail tradisional dan
menjual secara langsung ke pelanggan / pembeli, maka perantara tradisional
seperti toko dan jasa mail order – akan kehilangan pekerjaan.
4.
Electronic checks: pada saat ini sedang di ujicoba oleh CyberCash, sistem check
elektronik seperti PayNow akan mengambil uang dari account check di bank
pelanggan untuk membayar PAM atau telepon.
5.
Electronic wallet: Pola pembayaran – seperti CyberCash Internet Wallet, akan
menyimpan nomor kartu kredit anda di harddisk anda dalam bentuk rerenkripsi
yang aman. Anda akan dapat melakukan pembelian-pembelian pada situs Web yang
mendukung electronic wallet tersebut. Jika anda ingin membeli sesuatu pada toko
yang mendukung electronic wallet, maka pada saat menekan tombol Pay maka proses
pembayaran melalui kartu kredit akan dilakukan transaksinya secara aman oleh
server perusahaan electronic wallet. Vendor browser pada saat ini telah
berusaha untuk melakukan negosiasi untuk memasukan teknologi e-wallet tadi ke
produk mereka.
6.
Extranet: adalah sebuah kelanjutan dari intranet perusahaan yang mengkaitkan
jaringan internal satu perusahaan dengan jaringan internal supplier mereka
maupun pelanggan mereka. Dengan cara itu sangat mungkin untuk
mengembangkan aplikasi e-commerce yang memungkinkan menyambungkan
semua aspek bisnis, dari proses pemesanan hingga pembayaran.
7.
Micropaymet: transaksi dalam jumlah kecil antara beberapa ratus rupiah hingga
puluhan ribu rupiah, misalnya untuk mengambil / mengakses grafik, game
maupun informasi. Pay-as-you-go micropayment seharusnya akan membuat
revolusi di dunia e-commerce. Contohnya ESPN SportsZone
1.1.4 Ruang lingkup E-commerce
- Teknologi
Kontributor terbesar yang memungkinkan
terjadinya e-commerce adalah teknologi informasi, dalam hal ini perkembangan
pesat teknologi komputer dan telekomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa arena
jual beli di dunia maya terbentuk karena terhubungnya berjuta-juta komputer ke
dalam sebuah jaringan raksasa (internet). Dari sisi ini e-commerce dapat
dipandang sebagai sebuah prosedur atau mekanisme berdagang (jual beli) di
internet dimana pembeli dan penjual dipertemukan di sebuah dunia maya yang
terdiri dari sekian banyak komputer.
- Marketing
dan
“New Consumer Processes”
Dari segi pemasaran, e-commerce sering
dilihat sebagai sebuah kanal atau cara baru untuk berhubungan dengan pelanggan.
Melalui e-commerce jangkauan sebuah perusahaan menjadi semakin luas karena yang
bersangkutan dapat memasarkan produk dan jasanya ke seluruh dunia tanpa
memperhatikan batasan-batasan geografis. Dengan cara yang sama pula sebuah
perusahaan dapat langsung berhubungan dengan end-comsumers-nya. Economic
E-commerce merupakan sebuah pemicu terbentuknya prinsip ekonomi baru yang lebih
dikenal dengan ekonomi digital (digital economy). Di dalam konsep ekonomi ini,
semua sumber daya yang dapat didigitalisasikan menjadi tak terbatas jumlahnya
(bukan merupakan “scarce of resources”) dan berpotensi menjadi public goods
yang dapat dimiliki oleh siapa saja dengan bebas. Di dalam konsep ekonomi ini
pula informasi dan knowledge menjadi sumber daya penentu sukses tidaknya para
pelaku ekonomi melakukan aktivitasnya. Beragam model bisnis (business model)
pun diperkenalkan di dalam konsep ekonomi baru ini yang belum pernah dijumpai
sebelumnya. Dari segi produksi, selain physical value chain, diperkenalkan pula
konsep virtual value chain yang sangat menentukan proses penciptaan produk dan
jasa di dunia maya.
- Electronic
Linkage
Di suatu sisi yang lain, banyak orang
melihat e-commerce sebagai sebuah mekanisme hubungan secara elektronis antara
satu entiti dengan entiti lainnya. Dengan adanya e-commerce, maka dua buah
divisi dapat bekerja sama secara efisien melalui pertukaran data elektronis;
demikian juga antara dua buah kelompok berbeda seperti misalnya antara kantor
pemerintah dengan masyarakatnya; atau mungkin antara pelanggan dengan
perusahaan-perusahaan tertentu.
- Service
Infrastructure
Konsep e-commerce ternyata tidak hanya
membuahkan mekanisme transaksi jual beli semata, namun ternyata banyak sekali
jasa-jasa baru yang diperlukan sebagai sarana pendukung aktivitas jual beli
produk tersebut. Katakanlah jasa dari institusi keuangan untuk menawarkan cara
pembayaran secara elektronik, jasa dari vendor aplikasi yang menawarkan cara
melakukan transaksi secara aman (secure), jasa dari ISP (internet service
provider) yang menawarkan cara mengakses internet dengan cepat dan murah, jasa
perusahaan hosting yang menawarkan perangkat penyimpan data maupun situs
perusahaan yang bersangkutan, dan lain-lain.
-
Legal, Privacy, dan Public Policy
Sisi terakhir dalam melihat e-commerce adalah mencoba
memandangnya dari unsur-unsur semacam hukum, peraturan, kebijakan, proses, dan
prosedur yang diberlakukan. Secara tidak langsung terlihat bahwa interaksi
perdagangan elektronis yang telah mengikis batas-batas ruang dan waktu mau
tidak mau mendatangkan tantangan baru bagi pemerintah dan masyarakat dalam
mencoba membuat regulasi tertentu agar di satu pihak terbentuk lingkungan
bisnis yang kondusif, sementara di pihak lain hak-hak individu maupun
masyarakat dapat terjaga dengan baik.
1.1.5 Hambatan
E-commerce
2. Hukum yang kurang berkembang dalam bidang e-commerce
ini.
1.1.6
Kemampuan E-commerce
• OTOMATISASI, proses
otomatisasi yang menggantikan proses manual.
• INTEGRASI, proses yang
terintegrasi yang akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses.
• PUBLIKASI, memberikan
jasa promosi dan komunikasi atas produk dan jasa yang dipasarkan secara
elektronik
• INTERAKSI, pertukaran
data atau informasi antar berbagai pihak yang akan meminimalkan “human error”
• TRANSAKSI, kesepakatan
antara 2 pihak untuk melakukan transaksi yang melibatkan institusi lainnya
(pihak ketiga) sebagai pihak yang menangani pembayaran.
1.1.7
Faktor Kunci Sukses dalam E-Commerce
-
Dalam
banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya
mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang
handal, pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur organisasi
bisnis yang baik, jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web yang
bagus, beberapa faktor yang termasuk:
-
Menyediakan
harga kompetitif
-
Menyediakan
jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah.
-
Menyediakan
informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas.
-
Menyediakan
banyak bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon.
-
Memberikan
perhatian khusus seperti usulan pembelian.
-
Menyediakan
rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan, dan lain-lain.
-
Mempermudah
kegiatan perdagangan
1.1.8 Aplikasi E-Commerce
Beberapa aplikasi
umum yang berhubungan dengan e-commerce adalah:
-
E-mail
dan Messaging
-
Content
Management Systems
-
Dokumen,
spreadsheet, database
-
Akunting
dan sistem keuangan
-
Informasi
pengiriman dan pemesanan
-
Pelaporan
informasi dari klien dan enterprise
-
Sistem
pembayaran domestik dan internasional
-
Newsgroup
-
On-line
Shopping
-
Conferencing
-
Online
Banking
1.1.9 Undang-Undang
E-commerce
Pasal 1 UUPK 1999 mengatur mengenai perlindungan
konsumen. Namun, pada kenyataannya UUPK 1999 belum sepenuhnya mengatur mengenai
transaksi elektronik, hanya beberapa pasal saja yang dapat dipergunakan dalam
transaksi elektronik. Hal tersebutlah yang membuat masih kurangnya perlindungan
bagi konsumen yang melakukan transaksi elektronik. Di dalam KUH Perdata sendiri
terdapat beberapa pasal yang lazim digunakan dalam transaksi elektronik yaitu
Pasal 1338 jo Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatur mengenai kebebasan
berkontrak dan syarat sahnya perjanjian.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mekanisme
transaksi elektronik tidak seperti transaksi jual beli konvensional karena
setiap transaksi elektronik diawali dengan tahap penawaran melalui media
internet oleh pelaku usaha, tahap penerimaan oleh konsumen, tahap kesepakatan
antara para pihak, tahap pembayaran melalui jasa perbankan, dan diakhiri dengan
tahap pengiriman produk yang dipesan melalui jasa ekspedisi. Dalam praktiknya,
UUPK 1999 belum sepenuhnya melindungi konsumen dalam transaksi elektronik. Hal
tersebut karena UUPK 1999 belum mengatur mengenai implementasi lebih lanjut
pengertian perlindungan konsumen yang mencakup perlindungan konsumen online,
hak atas informasi yang harus diberikan kepada konsumen melalui media online
untuk mencegah terjadinya tindakan curang, penyalahgunaan kartu pembayaran
milik orang lain, tanggung jawab pelaku usaha yang mencakup tanggung jawab ISP,
beban pembuktian elektronik, dan penyelesaian sengketa melalui sarana tehnologi
informasi. Mengenai masalah penyelesaian sengketa dalam transaksi elektronik
memiliki kecendrungan memilih forum arbitrase. Hal ini untuk menjaga reputasi
para pihak yang bersengketa karena putusan forum arbitase bersifat final dan
mengikat serta dianggap sesuai dengan semboyan transaksi elektronik yaitu
murah, efisien dan praktis.
Dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut dengan
penyelesaian sengketa dalam kasus-kasus di Indonesia, dikenal dua forum yaitu
Litigasi dan Non Litigasi. Forum Litigasi melalui jalur pengadilan, sedangkan
non litigasi yakni mengedepankan konsep dengan jalan musyawarah dalam
menyelesaikan sengketa antara para pihak. Di Indonesia telah ada pengaturan
mengenai cara tersebut yaitu UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
1.2
E-BUSINESS
1.2.1 Sejarah E-Business
Pada prinsipnya, e-Business kerap
didefinisikan sebagai “aktivitas yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan proses pertukaran barang dan/atau jasa dengan memanfaatkan
internet sebagai medium komunikasi dan transaksi”.
Perkembangan teknologi komputer dan
telekomunikasi (teknologi informasi) yang sangat pesat dewasa ini telah
mengakibatkan terjadinya revolusi di dunia perdagangan dan industri. Jika
dahulu transaksi bisnis yang harus dilakukan secara tatap muka (face-toface),
melibatkan sejumlah fasilitas dan sumber daya fisik (office and paper), dan
mempertukarkan barang dan jasa terkait dengan uang kertas atau receh; maka pada
saat ini transaksi serupa dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari mana saja
secara fleksibel (tanpa harus bertemu muka), dilakukan dengan menggunakan
peralatan elektronik (komputer, personal digital assistant, dsb.) dan internet,
dimana proses pembayaran dilakukan melalui mekanisme transfer informasi
keuangan (credit card, digital money, dsb.). Para praktisi bisnis harus melihat
fenomena ini sebagai suatu tawaran kesempatan untuk dapat meningkatkan kinerja
bisnis dari berbagai segi secara signifikan, karena banyak sekali hal yang
dapat dilakukan seperti: memperbaiki efisiensi, efektivitas, transformasi
industri, dan lain sebagainya. Intinya adalah, jika praktisi bisnis melihat
adanya sumber daya fisik atau proses bisnis yang saat ini
dapat didigitaliasikan, maka disitulah kesempatan konsep e-Business dapat
diimplementasikan.
Syarat utama yang harus dipenuhi oleh
sebuah perusahaan yang ingin mengimplementasikan konsep e-Bussiness adalah
bahwa manajemen perusahaan benar-benar memahami filosofi dasar dari konsep
e-Business (bukan sekedar ikut-ikutan atau latah belaka). Setelah itu, barulah
dua hal penting yang harus dimiliki, masing-masing adalah: kemauan dan
kemampuan. “Kemauan” artinya adanya keinginan, inisiatif, komitmen, dan
dukungan dari segenap pimpinan dan manajemen perusahaan untuk
mengimplementasikan konsep e-Business di institusi yang dikelolanya. Mengapa aspek
“kemauan” tersebut diperlukan karena sering kali inisiatif penerapan prinsip
e-Business memerlukan paradigma dan pandangan baru terhadap bagaimana cara-cara
mengelola bisnis (misalnya: prosedur kerja berbasis proses yang sifatnya lintas
fungsi) dari segenap sumber daya manusia perusahaan. Bahkan tidak jarang
ditemukan proyek penerapan e-Business yang dilakukan secara simultan dengan
program manajemen perubahan (change management). “Kemampuan” berarti perusahaan
memiliki sumber daya yang cukup untuk mewujudkan “kemauan” tersebut, seperti:
sumber daya manusia dengan kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan, dukungan
finansial yang memadai, keberadaan fasilitas teknologi informasi terkait
(aplikasi, database, komputer, internet, dan infrastruktur), dan kerjasama
kondusif dengan berbagai mitra bisnis (vendor, pemasok, lembaga keuangan, dan
lain sebagainya). Sebagian besar dari sumber daya tersebut merupakan komponen
utama dari sebuah konsep e-Business, yaitu: proses bisnis yang akan men-drive
aplikasi, data/informasi yang akan men-drive database, teknologi yang akan
men-drive perangkat keras dan infrastruktur, dan stakeholders (mereka yang
berkepentingan) yang akan men-drive sumber daya manusia (user dan pengembang
sistem e-Business), dan sistem governance (seperti kebijakan, prosedur, job
description, dan lain-lain).
Pada prinsipnya, seluruh perusahaan –
tanpa perduli ukuran dan jenisnya – dapat menerapkan konsep e-Business. Hal ini
disebabkan karena dalam proses penciptaan produk maupun jasanya, setiap perusahaan
pasti membutuhkan sumber daya informasi.
Karena berbagai fungsi dan proses bisnis membutuhkan
data/informasi, maka bagaimana informasi tersebut diciptakan dan
didistribusikan merupakan hal yang krusial untuk dikelola perusahaan. Salah
satu fitur dari konsep e-Business adalah menawarkan cara-cara penciptaan,
penyimpanan, pengolahan, dan pendistribusian informasi yang efisien dan efektif
di dalam sebuah perusahaan maupun antara perusahaan dengan stakeholdernya
(supplier, customer, mitra bisnis, vendor, dan pihak lain yang berkepentingan).
Contohnya adalah sebuah perusahaan skala kecil di Legian (Bali) yang
memanfaatkan teknologi internet untuk menjual (mengekspor) ribuan layangan ke
Australia pada saat musim panas, atau perusahaan skala menengah di Jepara yang
berhasil menggunakan situs untuk mempromosikan dan melakukan transaksi jual
beli furniture ke negara-negara Eropa.
“Marketspace” adalah arena di dunia
maya (internet), tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli secara bebas
seperti layaknya pasar di dunia nyata (marketplace). Contohnya di Indonesia
adalah bertemunya calon pembeli dan calon penjual saham di bursa virtual
(misalnya melalui aplikasi remote trading) sehingga yang bersangkutan tidak
perlu harus bertemu dan bertatap muka di lantai bursa, atau bertemunya calon
pembeli dan calon penjual berbagai barang dengan menggunakan metode lelang
(auction) di internet. Mekanisme yang terjadi di marketspace pada hakekatnya
merupakan pengejawantahan dari konsep “pasar bebas” dan “pasar terbuka”, dalam
arti kata siapa saja terbuka untuk masuk ke arena tersebut dan bebas melakukan
berbagai inisiatif bisnis yang mengarah pada transaksi pertukaran barang atau
jasa. Jika penggunaan database dan homepage tersebut mengarah pada usaha-usaha
agar terjadi inisiatif pertukaran barang atau jasa secara langsung maupun tidak
langsung, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut berada dalam tahap
awal pengembangan e-Business. Beberapa pakar e-Business menyebut fenomena
dipergunakannya homepage dan database statis pada tahap awal pengembangan awal
e-Business ini dengan istilah “brochureware”. Sementara sejumlah praktisi
manajemen menganggap bahwa sebuah perusahaan telah benar-benar menerapkan
konsep e-Business jika sebagian besar proses bisnis dan sumber daya informasinya
telah secara signifikan (dan mayoritas) dikelola dengan menggunakan beragam
teknologi informasi (terutama internet).
1.2.2 Definisi E-Business
E-business adalah kegiatan bisnis yang
dilakukan secara otomatis dan semiotomatis dengan menggunakan sistem informasi
komputer. Istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Lou Gerstner, seorang
CEO perusahaan IBM ini, sekarang merupakan bentuk kegiatan bisnis yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi Internet. E-bisnis memungkinkan suatu
perusahaan untuk berhubungan dengan sistem pemrosesan data internal dan
eksternal mereka secara lebih efisien dan fleksibel. E-bisnis juga banyak
dipakai untuk berhubungan dengan suplier dan mitra bisnis perusahaan, serta
memenuhi permintaan dan melayani kepuasan pelanggan secara lebih baik.
Dalam penggunaan sehari-hari, e-bisnis
tidak hanya menyangkut e-dagang (perdagangan elektronik atau e-commerce) saja.
Dalam hal ini, e-dagang lebih merupakan sub bagian dari e-bisnis, sementara
e-bisnis meliputi segala macam fungsi dan kegiatan bisnis menggunakan data
elektronik, termasuk pemasaran Internet (e-pemasaran). Sebagai bagian dari
e-bisnis, e-dagang lebih berfokus pada kegiatan transaksi bisnis lewat www atau
Internet. Dengan menggunakan sistem manajemen pengetahuan, e-dagang mempunyai
goal untuk menambah revenu dari perusahaan.
Sementara itu, e-bisnis berkaitan secara menyeluruh
dengan proses bisnis termasuk value chain: pembelian secara elektronik
(electronic purchasing), manajemen rantai suplai (supply chain management), pemrosesan
order elektronik, penanganan dan pelayanan kepada pelanggan, dan kerja sama
dengan mitra bisnis. E-bisnis memberi kemungkinan untuk pertukaran data di
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, baik lewat web, Internet,
intranet, extranet atau kombinasi di antaranya.
1.2.3 Manfaat
E-business
1. Pasar GlobalInternet tidak mengenal
batas, baik budaya maupun wilayah. Semakin banyak orang menggunakan internet
untuk mendapatkan informasi atau belanja online. Ini benar-benar sebuah cara
mudah untuk menjangkau pasar global.
2. MobilitasSelama anda memiliki
koneksi internet, anda dapat mengoperasikan bisnis anda dari manapun. Anda bisa
mengelolanya dari ruang tidur anda, dari ruang tamu,.. terserah anda. Anda
bahkan masih bisa mengoperasikan bisnis anda ketika anda sedang berwisata.
3. FleksibelTidak ada yang peduli jika
anda bergadang tengah malam untuk bekerja dan tidur esok harinya. Juga tak ada
yang peduli jika anda ingin libur bekerja selama 1 minggu untuk berlibur. Anda
bisa lakukan itu. Anda bisa mengatur jadwal kerja anda sendiri secara bebas.
4. Modal KecilBukan tanpa modal,
tetapi dengan menggunakan media internet maka modal yang digunakan jika
dibandingkan dengan bisnis offline jauh lebih kecil.
5. Daya Ungkit TeknologiDalam MLM atau
network marketing, menggunakan konsel daya ungkit orang lain. Tapi dalam dunia
internet anda bisa menggunakan daya ungkit teknologi. Beberapa software akan
membantu anda untuk untuk mengotomatiskan tugas anda. Ini akan menghemat waktu
anda.
6. Minim Biaya RutinTidak banyak biaya
rutin yang harus anda keluarkan untuk biaya bisnis online. Biasanya hanya
sekedar untuk biaya sewa hosting dan biaya domain yang biaya pertahun biasanya
tidak sampai 500 ribu rupiah. Tidak seperti bisnis ofline yang memerlukan biaya
sewa bangunan, gaji pegawai dan sebagainya yang relatif besar.
7. KewirausahaanAnda adalah seorang
bos. Semua keputusan ada ditangan anda
1.2.4 Ukuran Keberhasilan E-Business
Jika bisnis bertujuan untuk mencapai
apa yang dalam teori disebut sebagai wealth maximization (dan didalam praktek
sehari-hari wealth sering diasosiasikan dengan profit atau keuntungan usaha),
maka secara jelas e-business harus dapat paling tidak melakukan kedua hal di
bawah ini:
1. Seberapa tinggi potensi penambahan
revenue (pendapatan) perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung yang
didapat pada saat konsep e-business diimplementasikan; dan
2. Seberapa tinggi potensi pengurangan
cost (biaya) yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung
yang didapat pada saat konsep e-business diterapkan.
Kedua hal tersebut adalah hal minimum
yang harus di-deliver oleh e-business kepada perusahaan agar dapat secara nyata
meningkatkan tingkat profitabilitasnya (sesuai dengan rumus sederhana Profit =
Revenue – Cost). Dalam kenyataannya, tentu saja tidak semua usaha dapat secara
langsung dan terlihat berpengaruh terhadap kedua variabel tersebut di atas,
karena banyak dari manfaat atau value dari e-business yang bersifat intangible
dan unquantifiable. Dalam bukunya “The Effective Measurements of IT Cost and
Benefit Analysis”, Arthur Money dan Remenyi memberikan 16 kriteria yang harus
diukur di dalam perusahaan untuk menentukan apakah konsep e-business yang
diterapkan lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada saat e-business belum diimplementasikan
(manajemen bisnis konvensional). Secara ringkas keenam-belas kriteria tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan sistem dalam mengurangi
biaya
2. Kemampuan sistem memindahkan biaya
3. Kemampuan sistem menghindarkan
biaya
4. Kemampuan sistem menyediakan peluang
pertumbuhan pendapatan
5. Kemampuan sistem menyediakan peningkatan
informasi manajemen
6. kemampuan sistem meningkatkan
produktivitas staf
7. kemampuan sistem menyediakan kapasitas
untuk meningkatkan volume
8. kemampuan sistem untuk mengurangi
eror
9. kemampuan sistem menyediakan
keuntungan kompetitif
10. kemampuan sistem menyetarakan
dengan persaingan
11. kemampuan sistem menyediakan
peningkatan kontrol manajemen
12. kemampuan sistem meningkatkan
produktivitas manajemen
13. kemampuan sistem menyediakan
peningkatan moral karyawan
14. kemampuan sistem menyediakan
peningkatan image perusahaan
15. kemampuan sistem menyediakan
peningkatan layanan nasabah
16. kemampuan sistem meningkatkan
hubungan dengan klien.
Jika dilihat secara sungguh-sungguh
terlihat bahwa keenambelas hal tersebut adalah mengkaji pengimplementasian
konsep e-business dari sisi internal perusahaan, dimana konsumen atau pelanggan
tidak secara langsung dilibatkan dalam proses penilaian. Tentu saja jika
dilihat dari kecenderungan bisnis yang lebih bersifat market oriented dan/atau
customer oriented, ukuran-ukuran baru harus dikembangkan.
1.2.5 Aplikasi E-business
Di
dalam menerapkan konsep e-business, peranan aplikasi sangatlah penting dan
krusial. Beragamnya kebutuhan untuk melayani pelanggan memaksa perusahaan untuk
membeli dan mengembangkan berbagai aplikasi bisnis maupun teknis. Sehubungan
dengan hal tersebut, memiliki arsitektur aplikasi e-business yang handal akan
sangat menentukan kinerja perusahaan dalam menghasilkan produk dan jasa yang
dapat memuaskan pelanggan. Bagaimana konsep sebuah arsitektur e-business yang
baik?Kebanyakan perusahaan di masa lalu biasanya mengembangkan aplikasi
berdasarkan fungsi-fungsi yang ada di perusahaan (berbasis struktur organisasi
yang dianut).
Contohnya
adalah aplikasi keuangan, aplikasi pemasaran, aplikasi sumber daya manusia,
aplikasi pengadaan, aplikasi manufaktur, dan lain sebagainya. Ketika perusahaan
hendak mengintegrasikan berbagai aplikasi ini untuk mengimplementasikan konsep
e-business, yang biasa dilakukan oleh manajemen adalah menghubungkan satu
aplikasi dengan lainnya sesuai dengan urut-urutan proses. Karena masing-masing
aplikasi pada mulanya dibangun sendiri-sendiri, maka untuk menghubungkannya
biasanya dikembangkan beberapa program antarmuka (interface) agar output dari
sebuah aplikasi dapat dibaca sebagai input dari aplikasi lainnya.
Konsep
arsitektur sekuensial semacam ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu pada aspek
kecepatan dan reliabilitas. Proses transformasi pada modul interface jelas
membutuhkan waktu tersendiri sehingga semakin banyak dibutuhkan modul interface
pada sebuah rangkaian proses akan semakin memperlambat kinerja aplikasi
(throughput). Padahal untuk menerapkan e-business, banyak sekali rangkaian
proses yang harus menghubungkan antara bagian backoffice perusahaan dengan para
pelanggan secara langsung.
Masalah
reliabilitas timbul karena sebuah data atau informasi harus melalui begitu
banyak titik aplikasi (termasuk modul interface) yang bekerja berdasarkan
mekanisme IPO (Input-Proses-Output). Distorsi terhadap data maupun informasi
sangat besar potensinya terjadi di masing-masing titik aplikasi yang ada.Untuk
mengatasi permasalahan ini ditawarkanlah sebuah konsep arsitektur baru yang
merubah prinsip sekuensial ke dalam apa yang dinamakan sebagai prinsip
sinkronisasi. Untuk meningkatkan reliabilitas data/informasi sambil
meningkatkan kecepatan proses, diperlukan sebuah aplikasi besar yang akan
mensinkronisasikan mekanisme IPO masing-masing unit dengan cara memusatkan data
dan proses pada sebuah titik. Aplikasi berbasis ERP (Enterprise Resource
Planning) merupakan salah satu contoh perangkat lunak yang dibangun untuk
mengatasi permasalahan ini. Berbagai rangkaian proses (business processes) yang
dibutuhkan perusahaan tidak lagi dipetakan berdasarkan fungsi-fungsi aplikasi
yang ada pada masing-masing unit, tetapi dipetakan pada modul atau entiti yang
ada dan telah tersedia pada aplikasi ERP.
Dilihat
dari segi kecepatan, arsitektur semacam ini jelah lebih baik dibandingkan
dengan sekuensial karena data/informasi yang dibutuhkan tidak harus berjalan
melalui beberapa titik aplikasi melainkan langsung diambil dari sebuah titik.
Konsep sinkronisasi juga menawarkan tingkat reliabilitas yang tinggi karena
data/informasi yang dibutuhkan berasal dari satu sumber yang telah
dikoordinasikan dengan data/informasi dari berbagai aplikasi di tiap-tiap unit
(misalnya dengan menggunakan konsep replikasi, datawarehouse, buffer, dan lain
sebagainya).Konsep sinkronisasi di atas cukup baik dipergunakan untuk keperluan
internal perusahaan yang ingin mulai menerapkan konsep e-business sederhana.
Sesuai dengan evolusi berikutnya dari pengembangan e-business, biasanya
perusahaan akan berkembang dan ingin menghubungkan sistem internalnya dengan
sistem aplikasi mitra-mitra bisnisnya. Secara natural yang biasanya terjadi
pada situasi ini adalah dua pihak yang berkepentingan akan membuat modul
aplikasi interface sebagai jalan keluarnya. Tentu saja fenomena sekuensial akan
terjadi kembali di sini, hanya saja skalanya menjadi lebih besar (antar
perusahaan, bukan antar unit di dalam perusahaan). Berdasarkan konsep supply
chain management dan/atau deman chain management, terlihat jelas bahwa di dalam
dunia maya, produk atau jasa harus melalui beberapa perusahaan dulu sebelum
yang bersangkutan dapat sampai ke tanah konsumen (end users). Dengan kata lain,
faktor kecepatan dan realibilitas kembali akan menjadi pertanyaan besar sejalan
dengan banyaknya titik-titik perusahaan yang harus dilalui.Untuk memecahkan
masalah ini, sebuah konsep sinkronisasi yang dinamakan sebagai “Metaprise
Applications” diperkenalkan. Konsep arsitektur metaprise ini berpegang pada
dibutuhkannya sebuah hub untuk melakukan sinkronisasi akan data dan proses yang
terjadi pada masing-masing aplikasi perusahaan (enterprise application). Dewasa
ini banyak sekali dapat ditemukan di dunia maya perusahaan-perusahaan yang
menawarkan jasanya sebagai hub tersebut dengan mekanisme outsourcing.
Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki brand product yang kuat biasanya
mempercayakan distribusi produknya di dunia maya melalui perusahaan hub ini
untuk jaminan kecepatan dan keamanan. Alasan lain adalah untuk mengurangi
rumitnya atau kompleksnya sebuah perusahaan dalam membangun aplikasi jika yang
bersangkutan ingin menghubungkan seluruh rangkaian proses dari hulu ke hilir.
Disamping itu perusahaan tidak harus pula memikirkan permasalahan standarisasi
data dan aplikasi maupun hal-hal lainnya (seperti sistem operasi, sistem
database, dan lain-lain)
- ERP (Enterprise Resource Planning)
>
sistem informasi pendukung, yg menyediakan berbagai macam kebutuhan perusahaan seperti supply chain, CRM,
marketing, warehouse, shipping, dan
payment, serta mampu melakukan
otomatisasi proses bisnis
-
CRM (Customer Relationship management)
>
sistem kustomisasi real time yang memanajemen kustomer dan melakukan
personalisasi produk dan servis berdasarkan keinginan customer
-
EAI (Enterprise Application Integration)
>
merupakan konsep integrasi berbagai proses bisnis dengan memperbolehkan mereka
saling bertukar data berbasis message.
•-
SCM (Supply Chain Management)
>
manajemen rantai supply secara otomatis terkomputerisasi
1.2.6
Arsitektur E-businiss
Menentukan Desain e-Business dengan Aplikasi yang terintegrasi.
Perusahaan adalah mengharapkan e-Business menuju peningkatkan penghasilan,
membuat menjadi competitif kearah yang berbeda, dan didukung bisnis praktis
yang inovatif. Untuk menuju Tujuan dari suatu organisasi tentunya harus
memiliki bentuk yang jelas.
Arsitektur e-Business adalah gambaran terpusat bentuk baru dalam
hal fungsi proses. pararel dalam membangun Arsitektur e-Business, membagi pada
fungsi proses persilangan yang terintegrasi untuk kebutuhan banyak perusahaan.
Ada 5 bentuk e-Business untuk menuju Market
Leadership
1. The Cross Functional Business Unit
2. The Strategic Business Unit
3. The Integrated Enterprise
4. The Extended Enterprise
5. The InterEnterprise Community
1.2.7 Desain E-business
1.Cross Functional Business Unit
(Persilangan Unit Fungsi Bisnis) Didalam menuju tujuan organisasi pada bentuk produksi yang dapat
dipercayai, konsisten, kualitas produk dan service dengan biaya yang
memungkinkan
2.The Strategic Business Unit (Strategi
Binis Unit) Perusahaan
mengalami perpindahan ke bentuk 2 konsentrasi pada pelayanan pelanggan dengan
proses end to end, sebagai contoh : kemahiran membuat order dan pemenuhan
3.The Integrated Enterprise (Integrasi
Perusahaan) Perusahaan pada
bentuk ke 3 fokus pada reduksi biaya dan efesiensi internal. Arah tujuan kearah
tanggapan yang tinggi dari pelanggan, mengungkit kearah kecepatan deliver
dengan produk kualitas yang tinggi dan pelayanan dengan total biaya pengantaran
yang rendah.
4.The Extended Enterprise Peningkatan Perusahaan dengan melakukan sebuah multi- enterprise
supply chain (rantai multi suplly perusahaan) dengan berbagi infrastruktur
informasi, menentukan integrasi rantai suplly, lebih efektif outsorcing, dan
solusi self service untu kebutuhan internal maupun eksternal pemakai. Tujuannya
adalah meningkatkan penghasilan, dimana beberapa perusahaan menyelesaikan
dengan pengukuran produk pelanggan, pelayanan dan penambahan nilai informasi
5.The Inter-Enterprise Community (komunitas
Inter-Perusahaan) Fokus pada
pemimpin penjualan. Perusahaan melakukan konsilidasi pada kebenaran adanya
komunitas Inter-Perusahaan dimana mereka bersama-sama mengharapkan tujuan dan
hasilnya secara jarak lintas dan kebutuhan perusahaan, dengan menggunakan
teknologi yang tentu saaja disebut sebagai Internet.
1.2.8 Kuadran dalam E-business
E-business
bukan lagi merupakan jual-beli melalui jaringan internet, namun merupakan
proses bisnis perusahaan yang dilakukan melalui jaringan internet. Internet
bukan hanya lagi merupakan display toko atau katalog online, namun juga
digunakan sebagai pemrosesan transaksi backlog, procurement,
serta customer relationship.
Dalam
E-Business bukan hanya pembelian dan penjualan barang dan jasa saja, tetapi
juga melayani pelanggan, berkolaborasi dengan mitra bisnis, mengadakan
e-learning dan melakukan transkasi elektronik di dalam suatu organisasi. Ada 9 kuadran yang
merupakan segmentasi pasar dari e-bisnis, antara lain : C2C, C2B, C2G, B2B,
B2C, B2G, G2G, G2B, G2C.
1.2.9 Faktor-Faktor
Penyebab Kegagalan
E-business
•Tidak
ada komitmen yang utuh dari manajemen.
•Penerapan
business tidak diikuti proses change management.
•Tidak
profesionalnya vendor teknologi informasi yang menjadi mitra bisnis
•Buruknya
infrastruktur komunikasi
•Tidak
selarasnya strategi TI dengan strategi perusahaan.
•Adanya
masalah keamanan dalam bertransaksi
•Kurangnya
dukungan finansial
•Belum
adanya peraturan yang mendukung dan melindungi pihak-pihak yang bertransaksi
(cyberlaw),
•Menggunakan
target jangka pendek sebagai pijakan investasi e-business.
1.2.10 Dampak Positive
dan Negative
o
Dampak
Positive E-Commerce dan E-Business:
1.
Revenue Stream (aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih menjanjikan yang
tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional.
2.
Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar).
3.
Menurunkan biaya operasional(operating cost).
4.
Melebarkan jangkauan (global reach).
5.
Meningkatkan customer loyality.
6.
Meningkatkan supplier management.
7.
Memperpendek waktu produksi.
8.
Meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan)
o
Dampak
negatif E-Commerce dan E-Business :
1.
Kehilangan segi finansial secara langsung karena kecurangan. Seorang penipu
mentransfer uang dari rekening satu ke rekening lainnya atau dia telah
mengganti semua data finansial yang ada.
2.
Pencurian informasi rahasia yang berharga. Gangguan yang timbul bisa menyingkap
semua informasi rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat
mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban.
3.
Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat
kesalahan non-teknis seperti aliran listrik tiba-tiba padam.
4.
Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan seorang
hacker yang berhasil membobol sebuah sistem perbankan. Setelah itu dia
memindahkan sejumlah rekening orang lain ke rekeningnya sendiri.
5.
Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor
seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha
menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut.
6.
Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan
sengaja , ketidakjujuran , praktek bisnis yang tidak benar , kesalahan faktor
manusia , kesalahan faktor manusia atau kesalahan sistem elektronik.
Security Beberapa metode pengamanan
data dalam transaksi E-Commerce dan E-Bussines : Kriptografi Public Key :
merupakan sistem asimetris (tidak simetris) menggunakan beberapa key untuk
pengenkripsian yaitu public key untuk enkripsi data dan private key untuk
dekripsi data. Public key disebarkan ke seluruh dunia sementara private key
tetap disimpan. Siapapun yang memiliki public key tersebut dapat mengenkripsi
informasi yang hanya dapat dibaca oleh seseorang yang memiliki private key
walaupun anda belum pernah mengenal bahkan tidak tahu sama sekali siapa yang
memiliki public key tersebut. Contoh : Elgamal , RSA , DSA. Keuntungan :
memberikan jaminan keamanan kepada siapa saja yang melakukan pertukaran
informasi meskipun diantara mereka tidak ada persetujuan mengenai keamanan data
terlebih dahulu maupun saling tidak mengenal satu sama lain.
Perbedaan E-Commerce dan E-Business
Electronic Business, atau e-Business, adalah suatu proses
bisnis yang berhubungan dengan sistem informasi. Metode e-Business,
memungkinkan perusahaan untuk berhubungan dan mengakses data internal dan
eksternal dengan proses yang lebih efisien dan fleksibel, agar berhubungan
lebih erat dengan pemasok dan mitra usaha, dan untuk lebih memuaskan keinginan
dan harapan pelanggan.
Dalam prakteknya, e-Business lebih berfokus pada strategi
dengan fungsi yang menggunakan kemampuan elektronik, sedangkan e-commerce
adalah suatu kumpulan dari keseluruhan strategi e-Business. E-commerce dicari
untuk menambahkan aliran pendapatan dengan menggunakan internet untuk membangun
hubungan dengan klien dan mitra usaha dan mengembangkan efisiensi dengan menggunakan
strategi “Empty Vessel”. Terkadang e-commerce melibatkan aplikasi dari sistem
manajemen pengetahuan.
E-business melibatkan seluruh rantai nilai dalam proses
bisnis : pembelian elektronik dan manajemen rantai pasokan, memproses pesanan
secara elektronik, mengatur pelayanan pelanggan dan bekerjasama dengan mitra
usaha. Standar teknis khusus untuk e-business adalah memfasillitasi adanya
pertukaran data antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Solusi
software e-business memungkinkan integrasi antara intra dan inter proses bisnis
perusahaan. E-business dapat diatur melalui internet, intranet, dan/atau
extranet.
E-commerce adalah suatu tipe model
bisnis atau segmen dari model bisnis yang memungkinkan sebuah perusahaan atau
individu untuk menjalankan bisnis melalui jaringan elektronik. E-commerce
beroperasi pada keempat segmen pasar utama : b2b,b2c, c2c, c2b.